Analisis dan Pembahasan Film Drama Jepang "Smile"

PILIHAN

Drama “Smile” ini menceritakan bagaimana orang-orang keturunan asing mendapat diskriminasi di Jepang. Hal ini karena di Jepang memiliki konsep “Uchi-Soto”. Selain itu pendekatan cultural studies (kajian budaya) juga dapat digunakan untuk membahas drama ini.
Di Jepang konsep “Uchi Soto” sudah sangat melekat pada masyarakatnya. “Uchi” berasal dari kanji (nai) yang berarti “Dalam” dan “Soto” yang berasal dari kanji (gai) yang berarti “Luar”. Jika diibaratkan sebuah rumah, “Uchi” adalah orang-orang yang ada di dalam rumah tersebut, sedangkan “Soto” adalah orang-orang yang berada di luar rumah itu. Artinya sistem kekerabatan sangat penting di Jepang. Mereka lebih nyaman dan lebih percaya bila berurusan dengan orang-orang dalam dibanding orang luar. Ini juga berlaku untuk orang asing. Orang asing juga dianggap sebagai “Soto”. Meski begitu, perlakuan terhadap orang asing jauh lebih baik dibanding peranakan orang Jepang dan orang asing. Hal ini karena peranakan tersebut berada diantara “Uchi” dan “Soto”. Ia tidak dapat diterima sepenuhnya di”Uchi”. Oleh karena itu diskriminasi terjadi.
Cultural Studies (Kajian Budaya) adalah suatu kajian terhadap pelbagai pola perilaku manusia baik secara ideologi, politik, ekonomi, sosial maupun budaya dengan segala aspeknya yang kompleks. Dengan kompleksitas persoalan yang dihadapinya, cultural studies bergerak dari pemahaman terhadap bidang-bidang pertanyaan interdisipliner atau posdisipliner yang berupaya mengeksplorasi produksi dan inkulkasi (penanaman) budaya atau makna dalam tiap perilaku manusia. Storey dalam bukunya Cultural studies dan media menyebutkan bahwa 'Budaya' dalam cultural studies lebih didefinisikan secara politis ketimbang secara estetis atau sebuah proses perkembangan estetik, intelektual, dan spritual, melainkan budaya sebagai teks dan praktik hidup sehari-hari. Cultural Studies dengan persoalan kekuasaan dan politik, dengan kebutuhan akan perubahan dan dengan representasi atas dan ‘bagi’ kelompok-kelompok social yang terpinggirkan, khususnya kelas, gender dan ras.
Diskriminasi yang terjadi dalam drama “Smile” ini ada pada adegan saat para polisi lebih mencurigai Vito yang keturunan Filipina saat penggerebekan di tempat kerja Vito. Juga saat polisi menanyakan passport Vito hanya karena ia memiliki kulit yang lebih hitam dari orang Jepang. Vito juga disebut sebagai “Filipino yaro” (bedebah Filipina) yang sangat menyakiti hati Vito. Padahal ia lahir dan besar di Jepang, menuntut ilmu di Jepang dan berbahasa Jepang dengan sangat baik. Ia bahkan tidak pernah pergi ke Filipina. Meski begitu, ia selalu dianggap sebagai orang asing di masyarakat. Karena ia adalah “Half”, kejahatan yang dilakukan Seiji dilimpahkan pada Vito hingga orang-orang memandang Vito sebelah mata.
Betapa kuatnya konsep “Uchi Soto” mempengaruhi betapa kasarnya diskriminasi yang terjadi di Jepang. Hal ini ditunjukkan melalui tokoh pengacara Itou Kazuma, yang awalnya bernama Yoong Song Il. Ia akhirnya memutuskan mengbah namanya karena diskriminasi yang diterimanya.
Sebenarnya masalah diskriminasi ras sudah lama ada di Jepang. Pada zaman dulu, pemeluk agama Buddha dianggap menjijikan oleh pemeluk agama Shinto. Pekerjaan yang berhubungan dengan hewan, tukang jagal dan algojo juga dianggap menjijikkan. Setelah itu terbentuklah kasta-kasta yang membagi masyarakat. Yaitu golongan bangsawan, samurai, pengerajin, dan pedagang. Pedagang dianggap lebih rendah dari pengerajin karena ia hanya mengandalkan barang dari pengerajin untuk dijual, sementara pengerajin membuat sendiri barang untuk dijual. Meski kasta-kasta yang lama sudah terhapus, namun diskriminasi tetap masih tertinggal hingga saat ini.
Masalah ini menjadi topik yang disorot di Jepang. Negara yang memiliki ekonomi yang sangat kuat tersebut masih mempunyai masalah diskriminasi ras. Mungkin mesyarakat Jepang harus lebih membuka diri pada isu ini agar Jepang bisa menandingi Amerika yang juga memiliki lebih banyak penduduk asing dan banyak terjadi pernikahan campuran. Dengan begitu diharapkan agar nantinya para “Half” lebih merasa nyaman berada di Jepang.
Klik
Analisis dan Pembahasan Film Drama Jepang "Smile" | puramuzo | 5

0 komentar: