Sosiologi berasal dari kata “sosio”
atau society yang bermakana masyarakat dan “logi” atau logos yang bermakna
ilmu. Jadi, sosilogi adalah ilmu tentang masyarakat atau ilmu tentang kehidupan
masyarakat. Sedangakan di dalam masyarakat itu sendiri merupakan suatu lembaga
yang di dalamnya melibatkan unsur manusia yang saling berinteraksi. Sosiologi
dituntut menerangkan latar belakang atau hakikat penampakan-penampakan (fenomena)
kemanusiaan semacam karya sastra (Ignatius dalam Arif Rokhman dkk, 2003:55). Sedangkan
sastra sendiri adalah kebebasan karya individual dalam mencipta dan
dikembangkan dengan imajinasi. Tentu saja dalam karya sastra, pengarang tidak
selalu menggambarkan keadaan sosial yang sesungguhnya. Pengarang bukanlah
penyalur aspirasi masyarakat. Pengarang menciptakan suatu karya sastra dengan
tujuan menyalurkan aspirasi diri mereka sendiri atau harapan pada keadaan
masyarakat tertentu. Sastra sebagai dokumen sosial, cerminan situasi sosial, gambaran
sosio-historis, dan semangat zamannya. Bukan berarti karya sastra itu adalah
objek sosiologi itu sendiri. Sebaliknya, sosiologi adalah alat untuk memahami
karya sastra yang maknanya sekunder, dengan menghubungkan pemahaman dan
pemaknaan unsur-unsur intrinsik karya itu, dan mengaitkannya dengan unsur
ekstrinsik (Mahayana, 2005:337).
Menurut Wellek dan Warren, sosiologi
sastra melibatkan tiga hal, antara lain :
- Sosiologi
pengarang, yang meliputi latar belakang sosial pengarang, sumber ekonomi,
ideologi dan integrasi sosial
- Sosiologi
karya, yang meliputi isi karya sastra, tujuan serta hal-hal yang tersirat
dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial
- Sosiologi
pembaca, yang mempermasalahkan latar sosial, perubahan dan perkembangan
sosial karya sastra terhadap pembaca
Ian Watt
(Damono, 1978:3) mengemukakan bahwa dalam sosiologi sastra mempelajari empat
hal, antara lain :
1. Konteks
sosial pengarang, seperti bagaimana pengarang mendapatkan mata pencahariaan
(sastrawan saja atau kerja rangkap), profesionalisme si pengarang, dan
masyarakat apa yang dituju oleh si pengarang.
2. Sastra
sebagai cermin masyarakat, meskipun sastra tidak selalu menggambarkan kehidupan
masyarakat secara sesungguhnya, namun tidak menampik kemungkinan bahwa di dalam
karya sastra kita akan menemukan fakta-fakta sosial dalam masyarakat tertentu.
Sastra juga dapat mencerminkan kehidupan masyarakat tertentu, seperti keadaan
sosial suatu masyarakat pada saat penciptaan karya sastra tersebut atau keadaan
sosial dari latar karya sastra itu sendiri.
3. Genre
sastra seringkali merupakan suatu sikap kelompok tertentu
0 komentar:
Posting Komentar