Di masa
Menjelang REPELITA 1 di tahun 1969, LIPI mengadakan seminar perkembangan ilmu
sosial Budaya dalam Pembangunan Nasional. Reaksi umum pada saat pernyataan itu
adalah suatu sikap ragu-ragu. Pada saat bangsa Indonesia Mulai memikirkan,
merencanakan, dan melaksanakan usaha besar yang di sebut pembangunan nasional
secara serios dan rasional, setelah merdeka lebih dari 20 tahun, dan pada saat
bangsa Indonesia banyak yang memikirkan memulai suatu usaha raksasa dengan
iktikad yang baik dan semangat yang berkobar.
Namun terdapat suatu keengganan umum
terhadap
usaha untuk mengubah mentalitas bangsa Indonesia agar menjadi lebih cocok dengan pembangunan ekonomi di Indonesia. Kemudian menurut pandangan lain, bahwa jika pembangunan ekonomi dimulai dengan kecepatan yang sangat tinggi, masyarakat Indonesia juga akan berubah apabila kemakmuran telah tiba. Sehingga nilai-nilai budaya baru juga akan mengubah mentalitas dari sebagian besar bangsa Indonesia. Sejak PELITA 1 berjalan, tampak berbagai dampak negatif pengaruh dari pembangunan nasional.
usaha untuk mengubah mentalitas bangsa Indonesia agar menjadi lebih cocok dengan pembangunan ekonomi di Indonesia. Kemudian menurut pandangan lain, bahwa jika pembangunan ekonomi dimulai dengan kecepatan yang sangat tinggi, masyarakat Indonesia juga akan berubah apabila kemakmuran telah tiba. Sehingga nilai-nilai budaya baru juga akan mengubah mentalitas dari sebagian besar bangsa Indonesia. Sejak PELITA 1 berjalan, tampak berbagai dampak negatif pengaruh dari pembangunan nasional.
Bangsa Indonesia sudah memiliki suatu
syarat pembangunan berupa nilai budaya gotong royong dalam arti yangbersift
umum. Nilai-nilai gotong royong itu juga memiliki aspek-aspek yang menghambat
pembangunan karena melemahkan kegigihan bekerja serta gairah dengan tujuan
mencapai hasil karya Bangsa Indonesia
yang optimal. Nilai budaya Indonesia
lainnya adalah konsep bahwa manusia harus hidup selaras atau serasi dengan
Alam.
Namun bangsa Indonesia sedang mengalami
pergeseran kebudayaan, yaitu dari kebudayaan agraris menuju ke kebudayaan
Industri. Kebudayaan Industri sangat banyak memerlukan teknologi, sains, dan
ilmu pengetahuan. Sedangkan perkembangan dari ketiga unsur itu di dalam
kebudayaan suatu bangsa memerlukan adanya suatu nilai budaya yang mendorong
manusia memahami rahasia-rahasia alam serta menemukan kaidah-kaidah alam. Walu
demikian nilai budaya yang lama, yang menilai hidup yang selaras dengan alam
hendaknya tidak tergeserkan dan ditinggalkan.
Selain itu, pembangunan ekonomi dan pembangunan masyarakat dalam arti luas
memerlukan kemampuan merencakan yang secermat-cermatnya sehingga hasil yang
ingin di capai adalah serasi dengan modal serta dengan sarana yang terbatas.
Nilai-nilai Budaya yang perlu untuk
hidup menghadapi masalah-masalah dan tekanan-tekanan dunia masa kini adalah
sikap mementingkan disiplin nurani dan
mementingkan tanggung jawab. Kedua sikap itu belum dinilai tinggi dalam
kehidupan orang-orang Indonesia
pada umumnya.
Untuk dapat bersaing dalam
persaingan ekonomi dan politik dunia yang kejam ini perlu ada suatu penguasaan
sejumlah unsur kebudayaan yang merupakan bagian penting dari peradaban dunia
pada saat ini. Unsur-unsur itu terutama adalah teknologi, sains, filsafat,
kebijakan ekonomi, sistem administrasi, organisasi media massa dan sistem pendidikan.
Para
ahli ekonomi biasanya berpendapat bahwa, dengan tibanya kemakmuran, maka
nilai-nilai budaya yang cocok dengan kehidupan dengan suatu masyarakat yang
makmur akan tiba dengan sendirinya. Sekarang terbukti bahwa nilai-nilai budaya
yang tidak cocok dengan kecepatan peertumbuhan ekonomi, dalam masyarakat
makmur, dan dengan kehidupan masyarakat masa kini yang memiliki irama tertentu
dan juga berbagai macam masalah yang menekan. yang memang dapat menghambat
proses pergeseran ke arah itu.
oleh : Hadi Pramoko
0 komentar:
Posting Komentar