Menjadi konsumen cerdas dan tanggap bisa menghindarkan masyarakat salah mengkonsumsi makanan. Sebab, praktik penjualan makanan yang tidak layak tetap langgeng karena masyarakat belum cukup mampu membedakannya atau tidak kritis jika menemukan hal-hal yang kurang mencurigakan.
Kasus pemakaian daging celeng di sebuah kios bakso di Jalan Pekojan Raya RT07/08, Pekojan, Tambora Jakarta Barat menjadi buktinya. Diduga, Sutiman Wasis Utomo (25) telah memakai atau mencampur olahan bakso dengan daging celeng atau babi hutan sejak lama.
Praktiknya baru terbongkar Senin (5/5/2014) setelah seorang warga setempat mengadukan kecurigaannya. Kasudin Peternakan dan perikanan Jakarta Barat, Eviati mengakui, masih banyak masyarakat awam yang sulit membedakan mana daging celeng dan mana daging sapi.
"Memang jika dilihat sepintas sulit dibedakan. Apalagi kalau sudah diolah menjadi bakso," katanya, Selasa (6/5/2014).
Menurut Evi, daging celeng umumnya dipasok secara ilegal dari beberapa wilayah di Sumatera seperti Lampung dan Sumatera Selatan. Daging celeng tersebut juga berpotensi tidak sehat, karena proses pemotongannya tidak dilakukan dengan benar.
"Itu biasanya babi hutan buruan atau tangkapan. Bayangkan, setelah ditembak, babi hutan tidak langsung disembelih. Proses penyembelihannya pun dipastikan tidak sesuai prosedur benar karena darah di daging tidak ditiriskan sehingga masih banyak kuman atau bakteri di dalamnya. Berbeda ketika babi ternak dipotong di (RPH) Rumah Pemotongan Hewan, dimana telah melalui prosedur benar," ujar Evi.
Evi kemudian memberikan beberapa tips untuk membedakan daging celeng dan daging sapi. Dari segi warna, daging celeng lebih gelap sedangkan daging sapi terang karena pada saat pemotongan dilakukan penirisan (pengeluaran darah).
"Daging celeng biasanya dipotong kecil-kecil dan memiliki serat lebih halus. Sedangkan daging sapi potongannya besar-besar dengan serat lebih kasar. Daging celeng lebih amis kalau sudah jadi bakso, daging celeng berwarna lebih gelap, berbeda dengan bakso dari daging sapi," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar