Higuchi Ichiyo / Honmyo Natsu lahir di Tokyo. Semenjak kecil dia sudah memiliki
ketertarikan terhadap dunia sastra. Pada usia 17 tahun, ayahnya meninggal,
dengan meninggalkan banyak hutang. Keluarga Ichiyo pun hidup menjadi keluarga
yang miskin. Untuk membantu keluarganya keluar dari kemiskinan, Ichiyo mulai
menulis novel.
Ia
tumbuh menjadi seorang anak yang memiliki semangat belajar yang tinggi. Namun
selayaknya pemikiran orang tua pada zaman tersebut, yang terpenting bagi
seorang anak perempuan bukanlah pendidikan namun dapat melakukan pekerjaan
rumah tangga yang baik saja itu sudah cukup. Namun karena
dukungan dari ayahnya, Ichiyo tetap dapat bersekolah walaupun ibunya tidak menyetujuinya.
dukungan dari ayahnya, Ichiyo tetap dapat bersekolah walaupun ibunya tidak menyetujuinya.
Saat
usianya mencapai 14 tahun, ia masuk sebuah tempat
les pembuatan waka yang bernama “ Hagi no ya”. Walaupun
ia miskin, namun ia mampu membuktikan bahwa di sekolah wakanya tersebut ia
menjadi murid terpandai.
Saat usia 17 tahun, ayahnya meninggal dengan
meninggalkan banyak hutang, keluarga ichiyo pun menjadi lebih miskin lagi. Untuk menenangkan ibunya yang bingung dengan keadaan keuangan
keluarganya, ichiyopun mulai berpikir untuk melakukan sesuatu untuk membantu
keluarganya. Saat itu ada seorang bernama tanabe yang menjadi terkenal hanya
dengan menulis. Karena berfikir hanya dengan menulis saja bisa menjadikan nrang
kaya, Ichiyo mulai berfikir untuk menjadikan hobinya yang suka menulis sebagai
sebuah pekerjaan.
1891,
Ichiyo berusia 19 tahun
dibantu oleh seorang temannya ia diperkenalkan kepada
seorang penulis novel di Koran Tokyo Asahi yang bernama Nakarai Tosui. Ichiyo ingin belajar menjadi
seorang penulis kepada Tosui. Pada mulanya tosui menolak, karena pada
saat itu menjadikan seorang wanita menjadi penulis adalah hal yang susah. Namun
karena Tosui melihat ada sesuatu yang berbeda dari Ichiyo dibandingkan dengan
wanita lainnya, Tosui pun menyetujuinya.
Higuchi
ichiyo pun mulai sering datang ke rumah Tosui untuk belajar menulis novel,
ichiyo juga mulai memiliki rasa suka terhadap gurunya tersebut. Hingga suatu hari Tosui mengatakan bahwa ia
berfikir untuk membuat majalah sastra baru dan menjadikannya sebagai debut
pertama Ichiyo. Tosui menerbitkan majalah Musasino, di
majalah itu ichiyo juga menerbitkan sebuah cerita yang berjudul Yami Zakura yang
menjadi debut pertamanya.
Karena
ichiyo semakin sering pergi ke rumah Tosui, pemimpin Hagi no ya tempat ichiyo
belajar waka yang bernama Nakasima Utako, memanggil ichiyo. Ia mengingatkan
ichiyo supaya berhenti mengunjungi seorang lelaki yang masih belum menikah karena
hal tersebut adalah sesuatu yang kurang baik. Teman – teman ichiyo pun berkata
bahwa berdasarkan gossip yang beredar Tosui adalah seorang yang sering berganti
– ganti wanita.
Karena
hal tersebut ichiyo menjadi jarang menulis lagi. Ia mulai berfikir untuk
meninggalkan dunia menulis, dan ia akan berjualan di kota untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Higuchi dan keluarganya pindah ke kota
ryuusenji (yang saat ini menjadi salah satu wilayah di Tokyo) dan membuka sebuah toko. Namun justru
di kotalah ia menemukan ispirasi menulisnya. Ketika ia melihat orang –
orang yang bekerja dengan penuh semangat, anak kecil yang berlari kesana kemari
dengan bahagia, ia menyadari bahwa itulah yang ingin ia jadikan novel.
Pada
mulanya keadaan tokonya baik – baik saja, namun ketika sudah berjalan setengah
tahun, keadaannya mulai memburuk, jumlah uang di tokonya sangat sedikit bahkan
untuk membeli barang dagangan lagi tidak bisa. Tidak
sampai satu tahun toko itu pun tutup.
Ichiyo menyadari bahwa yang dapat dia lakukan
hanyalah menulis, ia mulai menulis kembali. Mengetahui bahwa Ichiyo sudah mulai
menulis kembali, banyak penerbit yang berebut untuk menerbitkan karya Ichiyo. Namun Ichiyo tidah
memperdulikannya. Ia terus menerus menulis.
Walaupun sudah menjadi seorang penulis yang terkenal, namun
Ichiyo tidak bahagia dengan kepopulerannya itu. Ia terus menerus menulis. dalam
waktu yang singkat, beraval dari karyanya yang berjudul “ Kiseki no 14ka
getsukang” karya – karya terbaik Ichiyo mulai muncul.
Desember 1894 (meiji 27) : Ootsugomori
Januari 1895 (meiji 28) : Takekurabe
September 1895 (meiji 28) : Nigorie
Desember 1895 (meiji 28) : Jyusan ya
Januari 1896 (meiji 29) : Wakare Michi
Karya
Higuchi Ichiyo yang sampai sekarang masih menjadi yang paling terkenal adalah Take Kurabe. Yang
menceritakan tentang kehidupan seorang
anak perempuan yang menjadi pemimpin perempuan di kota tempat Higuchi Ichiyo membuka toko. Di kota
tersebut terdapat sebuah konflik antara “ Aratemachikumi dan Yokomachikumi “.
Putri di group Aratemachikumi adalah seorang anak perempuan berusia 14 tahun
yang bernama Midori. Dia adalah seorang anak perempuan yang terkenal dan punya
banyak teman. Disamping itu Leader dari group Yokomachikumi adalah seorang anak
laki – laki berusia 16 tahun yang pandai berkelahi bernama 長吉.
Midori
mempunyai seorang teman dekat yang bernama Sinyo. Sinyo terkenal sebagai
seorang yang tidak terkenal, pendiam. Bahkan dikatakan bahwa jika berada di
dekat Sinyo hanya akan membuat marah karena Sinyo tidak akan merespon
pembicaraan atau keinginan orang.Namun suatu hari ketika Midori ingin memetik
bunga namun ia tidak dapat menjangkaunya Sinyo menolongnya.
&nbrp; Malam
saat festival musim panas, kedua Kelompok itu terlibat perkelahian. Saat itu
Midori tahu jijka Sinyo adalah teman dari lawannya. Midori merasa sangat
tersakiti karena mengetahui bahwa Sinyo juga musuhnya.
Suatu
hari ketika hari hujan, Tali geta milik Sinyo putus tepat ketika berada di
depan pintu gerbang rumah Midori. Saat itu Midori menjatuhkan potongan kain,
dan Sinyo melihatnya. Namun sinyo tidak
mengambilnya. Saat itu Midori berfikir apakah karena dia yang memberikan jadi
Sinyo tidak mau mengambilnya.
Seiring
waktu Midori menjadi seorang yang lebih dewasa, namun ia berfikir bahwa ia
tidak ingin menjadi orang dewasa, ia menjadi sosok yang sedikit berbeda. Suatu hari terdapat sebatang bunga suisen
imitasi yang dimasukkan ke dalam pintu rumah Midori. Pagi itu adalah hari
dimana sinyo akan menjalankan pelatihan menjadi seorang pendeta Budha.
Seiring meningkatnya reputasi Ichiyo, karyanyapun
mulai mendapat perhatian dari tokoh – tokoh penting saat itu. Masaoka Shiki
mengatakan bahwa karya Ichiyo merupakan karya yang memberikan kejutan di setiap
kali ia membacanya. Mori Ougai, Kouda Rohan juga memberikan pujian atas karya
Ichiyo di majalah. Seiring dengan
meningkatnya ketenaran Ichiyo, kehidupan keluarga Ichiyo pun juga menjadi lebih
baik.
Saat
musim semi pada Meiji 29 kesehatan Ichiyo mulai menurun, dia mulai merasakan
demam dan tenggorokannya sakit. Saat
musim panas, Ichiyo sudah tidak dapat pergi
kerumah sakit seorang diri.
Saat itu
ichiyo ditemani saudara perempuannya pergi ke rumah sakit, saat itu diketahui
bahwa ichiyo menderita TBC. Namun adiknya tidak memberitahukan hal tersebut
kepada Ichiyo. Berita sakitnya Ichiyo ini diketahui banyak orang, bahkan Mori
ougai sudah mengusahakan pengobatan bagi Ichiyo. Kemudian
23 November , Meiji 29 higuchi Ichiyo meninggal dunia pada usia 24
tahun. Ia menutup usianya dalam waktu yang sangat singkat. Di rumah higuchi pun
diadakan upacara pemakaman. Bahkan Mori Ougai juga hadir.
Sebelum
meninggal Ichiyo berpesan bahwa jika ia meninggal, karya – karyanya harus
dibakar. Namun adiknya tidak melakukannya karena ia berfikir bahwa dalam setiap
tulisan yang tertulis di situlah jiwa Ichiyo.
Di
kemudian hari kumpulan karya Ichiyo diterbitkan. Dalam waktu hidupnya yang
pendek, Ichiyo menghasilkan 22 judul novel, buku
harian, dan waka. Tidak hanya novel, dalam buku harian / catatan
hariannya pun menggambarkan semangat muda ichiyo. Karyanya hingga saat ini dianggap sebagai suatu karya yang berkwalitas.
Jika
Ichiyo mengetahui bahwa karyanya dikenal dan dianggap sebagai karya yang
berkwalitas, kira – kira bagaimanakah expresi wajah ichiyo sekarang ???
Perangko Yang bergambar Higuchi Ichiyo
Uang Yang bergambar Higuchi Ichiyo
Patung Higuchi Ichiyo / Higuchi Ichiyo Sclupture
1 komentar:
Ini pertama kalinya saya mengenal Beliau...
Posting Komentar