Pengertian Ijime dan Konsep Ijime Jepang - Istilah ijime berasal dari kata ijimeru
(苛める)
yang memiliki arti harfiah sebagai tindakan mengusik, menggoda, menganiaya dan
menyakiti (Matsuura,1994:326). Kata
tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah istilah sosial yang digunakan untuk
menggambarkan salah satu bentuk tindakan penganiayaan yang terjadi dalam
masyarakat Jepang. Ijime biasanya
terjadi di dalam konteks sekolah, berhubungan dengan teman sebaya baik pelaku
maupun korbannya.
Berbeda dengan tindakan agresif lain yang melibatkan
serangan yang dilakukan hanya dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu yang
pendek. Ijime biasanya terjadi secara
berkelanjutan selama jangka waktu yang
cukup lama, sehingga korban secara terus-menerus berada dalam keadaan cemas dan
terintimidasi. Ijime dapat berbentuk
tindakan langsung maupun tindakan tidak langsung. Ijime langsung mencakup pelecehan fisik terhadap korbannya,
sementara ijime tidak langsung
terdiri atas berbagai strategi yang menyebabkan targetnya terasing dan terkucil
secara sosial.
Para sosiolog Jepang secara sederhana mendefinisikan ijime sebagai tindakan penganiayaan yang
terjadi di dalam kelompok masyarakat Jepang. Definisi inilah yang membuat masyarakat sering menyamakan ijime dengan tindakan bullying
yang kerap terjadi di negara-negara barat. Kata bullying, yang juga memiliki
arti sebagai tindakan menganiaya, tidak memberikan batasan yang jelas mengenai
bentuk penganiayaan yang dilakukan sehingga tindakan bullying di negara-negara barat umumnya mengacu pada segala bentuk
tindakan yang bertujuan untuk menyiksa fisik korban.
Seorang sosiolog Jepang bernama Mitsuru Taki menekankan
dua hal yang menjadi perbedaan paling mendasar di antara ijime
dengan bullying. Pertama, definisi ijime yang dikemukakan oleh Morita
memberikan penekanan pada ide posisi dominan yang berkaitan erat dengan interaksi
di dalam satu grup yang sama. Hal ini berarti korban dan pelaku memiliki
hubungan kekerabatan yang dekat. Korban ijime
bisa saja orang-orang yang berada dalam kelas yang sama, lingkungan pekerjaan
yang sama, bahkan tidak jarang masih merupakan anggota keluarga si pelaku. Yang
menjadi perbedaan yang mencolok antara korban dan pelaku adalah pelaku memiliki
posisi yang lebih berkuasa dibandingkan korban. Dominasi kekuasaan itu
seolah-olah membuat si pelaku berhak untuk melakukan ijime terhadap orang lain yang tidak disukainya.
Hal kedua yang membedakan ijime dengan bullying
adalah sasaran utama dari tindakan ijime
bukanlah fisik melainkan mental korban. Inilah yang menjadi karakteristik dari ijime di Jepang. Tujuan dari tindakan ijime adalah untuk menjatuhkan mental
korban, membuat korban merasa rendah diri dan tidak pantas berada di dalam
suatu kelompok yang sama dengan si pelaku.
Taki (2001) menyatakan bahwa berdasarkan hasil survey
yang dilakukan peneliti Jepang banyak disebutkan bahwa ijime dapat terjadi kapanpun, di sekolah manapun, dan di antara
anak-anak manapun. Survey tersebut menyatakan bahwa ijime tidak dipertimbangkan sebagai tingkah laku spesifik seorang
anak yang “luar biasa” dengan latar belakang yang problematik tetapi sebagai
seorang anak yang biasa.
Yang melakukan ijime
bukan hanya anak-anak yang memiliki latar belakang yang berbeda namun anak-anak
biasa yang dengan latar belakang baik dan tidak pernah mendapat perlakuan tidak
baik pun bisa melakukan ijime - Pengertian Ijime dan Konsep Ijime Jepang.
0 komentar:
Posting Komentar