Buat kamu-kamu yang pengen motornya bisa lari cukup cepat diatas standar tapi kondisinya gak perlu terlalu diobok-obok. Karena jika sudah dalam keadaan udah diobok-obok harga jual kembalinya turun jauh,biasanya. Ne ada beberapa tips buat kamiu buat nambah tenaga motor buat harian. Pertama gantilah CDI standar anda dan ganti dengan CDI racing supaya sistem pembakaran bertambah optimal yang kini telah banyak beredar dipasaran dengan berbagai merek. Jika sudah mengganti CDI racing lalu gantilah businya dengan busi iridium,racing atau ada juga busi yang tebuat dari emas, tergantung anda mau pilih yang mana. Tetapi busi yang paling irit pemakaian bahan bakarnya adalah busi emas. Kemudian gantilah kebel businya sekalian. Jika anda telah mengganti CDI, busi serta kabel busi dengan yang after market maka kini gilirannya kaburator yang distel. Gak perlu diganti lagi jarum skep, main jet, spuyer serta yang lainnya udah gak perlu diganti lagi cuma cukup disetel sesuai keinginan aja. Jika sudah masah kelistrikan dan pembakaran kini saatnya mengganti saluran pembuangan. Gunakanlah knalpot yang freflow yang juga dapat menambah tenaga pada motor. Jenis knalpot ini tidak begitu berisik tetapi bisa menambah tenaga.
Busi Racing Buat Harian, Beda Spek Cepat Koit
Busi racing hanya pas di lintasan balap. Itu pasti, Bro. Tapi buat motor harian, entar dulu deh. Ente pikir-pikir dulu. Selain beda spek, busi racing juga gampang mati jika dipaksa untuk motor harian.
Sayang kan? Padahal harga tak murah. Bisa tongpes alias kantong kempes.
Itu bukan karena busi racing kualitasnya payah. Tapi memang beda manfaatannya. Busi racing memang buat balap, bukan untuk harian.
Lebih jelasnya begini bro. Setiap busi memiliki proses kerja pembakaran self-cleaner (SC). Bahasa sederhananya pembersihan sendiri. Nah, antara busi racing dan busi biasa itu, SC-nya berbeda. SC busi racing bekerja pada suhu tinggi. Baru bekerja pada rpm tinggi, jelas Babeng alias Sugiono, pakar pengapian yang dosen STT Wiworotomo, Purwokerto.
Artinya, kalau rpm enggak tinggi, maka pembersihan enggak jalan sempurna. Hasilnya jadi kerak. Itu dia yang bikin busi mati, tambah Babeng.
Tapi, jangan kecil hati. Kalo sampeyan kategori orang yang enggak sayang sama duit, bisa saja sih pakai busi racing. Syaratnya, kompresi mesin juga harus gede yang menghasilkan panas tinggi. Busi racing termasuk busi dingin cocok dipadu temperatur dahsyat.
Agus S. alias Unyil, mekanik Sotokaw Racing, nambahin. Elektroda busi racing enggak cocok buat setelan basah. Pas dengan seting kering. Jelas sangat riskan buat harian, jelas Unyil, yang buka bengkel di Jl. Raya Rempoa, Jakarta Selatan.
Menurutnya, aplikasi untuk motor 4-tak mungkin agak bisa. Karena pengapian tanpa melibatkan oli. Tapi, tetap saja harus menaikkan rpm, tambah pria berbadan kecil.
Kalaupun mau nekat pakai busi racing buat harian, Babeng memberi isyarat. Pilih seri busi yang paling sesuai dengan kompresi harian. Itu bisa dilihat dari kode busi racing. Misalnya ND atau NGK, rumusnya semakin kecil kode, maka semakin rendah pula SC-nya. Kan di serinya ada angka 6, 7 dan seterusnya.
Kalo merek Champion justru sebaliknya. Angka kecil, maka SC-nya gede. Kuncinya itu saja. Tinggal pilih yang sesuai setelan kompresi motor yang diperlukan, papar Babeng.
Toh, Babeng buru-buru ngomong pemakai harus siap pula jika umur busi enggak lama. Ya, karena memang bukan pada tempatnya. Jalan harian kan tidak bisa selalu dalam RPM tinggi. Nah, itu yang sebabkan busi racing dipake harian enggak lama, jelasnya. Ok, paham kan bro.
0 komentar:
Posting Komentar